Kamis, 10 Desember 2009

Think Act Change 2007

Think-Act-Change Awarding Night
2007-11-09 13:58

Anak muda adalah penggerak bangsa. Gak mungkin dong anak muda nunggu disuapin terus sama orang tua atau pemimpin mereka. Akan tiba saatnya anak muda mengambil alih kendali, mau dibawa kemana negeri dan dunia ini? Nah, makanya mulailah berpikir dan beraksi untuk membuat perubahan!

Pandangan itulah yang mendasari Think Act Change, kompetisi film dokmenter yang diselenggarakan oleh The Body Shop dan Dewan Kesenian Jakarta (DKJ). Kompetisi yang terbagi dalam kategori SMU dan Amatir ini mengangkat tema HIV-AIDS, Global Warming, dan Domestic Violence. Hebatnya, kompetisi film dokumenter ini merupakan pertama kalinya diadakan oleh The Body Shop manapun! Jadi The Body Shop Indonesia juga bikin terobosan baru di antara The Body Shop lain di seluruh Indonesia lho…

Setelah melalui proses pra-workshop dan workshop Penulisan Ide Cerita, akhirnya terpilihlah 5 kelompok siswa SMU untuk mengikuti workshop Produksi Film. Yup! Para peserta SMU emang dibimbing dalam proses pembuatan film dokumenter ini. Sementara peserta kategori Amatir dipilih dalam proses seleksi. Ada 5 film dari kategori SMU dan 6 film dari kategori Amatir yang menjadi finalis. Mereka terpilih dari 43 film (13 kategori SMU dan 30 kategori amatir).

Kamis, 8 November 2007, tibalah akhir dari Think Act Change, A Documentary Film Competition: Awarding Night Think-Act Change. Acara yang digelar di Blitz Megaplex ini dihadiri oleh wartawan, para nominator, juri, serta tamu-tamu undangan. Di Awarding Night ini diumumkan pemenang dari masing-masing kategori dan tema. Pemenang ditentukan oleh juri yang terdiri dari Abduh Aziz (Ketua Bidang Program DKJ), Riri Riza (Sutradara), Alex Sihar (Sutradara), Nicholas Saputra (Aktor), Myra Diarsi (Aktivis Perempuan, Baby Jim Aditya (Aktivis HIV-AIDS), dan Ukke R. Kosasih (Values and Customer Loyalty The Body Shop Indonesia). Sementara untuk kategori film favorit, pemenang ditentukan oleh film yang paling banyak dipilih penonton pada screening yang digelar di Blitz Megaplex dan Taman Ismail Marzuki.

Selain pengumuman pemenang, acara malam itu juga dimeriahkan oleh penampilan Float, Glenn Fredly, dan Project Pop. Beberapa undangan seperti Happy Salma, Rieke Dyah Pitaloka, Ujo Project Pop, dan Sita juga berperan sebagai presenter. Sementara Gery (FeMale Radio) dan Cici Panda (Prambors) berperan jadi MC.

Tibalah saat yang ditunggu-tunggu: pengumuman pemenang! Dan nominasi dan pemenang Kompetisi Film Dokumenter Think Act Change adalah:

KATEGORI SMU:
Tema Global Warming:
Utopia karya Joan Kartini Rossi, Amalia Sekartaji, dan M. Rezky Afriza (SMUN 8) – pemenang
Green Religion karya Adi Putra & Ade Kurniadhi (Kolese Kanisius)

Tema Domestic Violence:
Selimut Dalam Kolong karya Nyssa Nathania, Sasri Mulyani, & Alexander Zulfikar (SMUN 4) – pemenang

Tema HIV-AIDS:
Sarung Petarung karya Jason Iskandar & M. Aidartha Kusuma (Kolese Kanisius) – pemenang
6 Detik Lagi karya Ardita Andriani, Sartika Ayu, dan Reza Fatullah (SMU 53)

KATEGORI AMATIR:
Tema Global Warming:
Kereta Angin Sahabat Bumi karya M. Iskandar Tri Gunawan - pemenang
Di Ujung Kehancuran karya Insan Indah Pribadi

Tema Domestic Violence:
Anakku Semangatku karya Andreuw Parinussa

Tema HIV-AIDS:
Janji Jabrik, Lampu Merah Tikungan Jalan karya Sujanti Janukepa – pemenang
Kartini Bernyawa 9 karya Ucu Agustin
Jinal karya Nicolaus Lini

Film Favorit: Sarung Petarung

Film Terbaik: Sarung Petarung

Emang ada kejutan malam itu ketika juri mengumumkan bahwa tidak ada pemenang di kategori umum bertema Domestic Violence, karena beberapa alasan. Tapi kejutan lain datang dari Sarung Petarung yang jadi bintang malam itu. Trio Kolese Kanisius itu sukses jadi juara di 3 kategori, yaitu di Kategori SMU bertema HIV-AIDS, serta kategori Film Favorit dan Film Terbaik. Wah, bukti bahwa anak muda emang mampu berkreasi, mengeksresikan diri, dan pastinya melakukan perubahan!

Tuh kan…anak muda bisa membuat perubahan kok. Yang dibutuhkan cuma kemauan untuk belajar, kerja keras, dan pastinya aksi! Jadi mulailah berpikir dan beraksi untuk melakukan perubahan. Think Act Change! O iya, kalau pengen tau lebih banyak tentang Think Act Change dan para pemenang, klik aja www.thebodyshop-film.com.

Film Dokumenter Karyaku diputar di Yogya ! :D

Kamis, 13 Maret 2008, 23:44 WIB
Melihat Perempuan dalam Film di KINOKI
Iwan Pribadi - GudegNet

Pada Rabu (12/03), bertempat di KINOKI yang bertempat di Jl. Abu Bakar Ali No. 2 Kotabaru Yogyakarta, diadakan pemutaran dua buah film yang berkisah seputar kehidupan perempuan dan dalam sudut pandang perempuan.

Film pertama yang diputar adalah sebuah film dokumenter dengan durasi sekitar 15 menit yang berjudul Selimut dalam Kolong, sebuah film karya Nyssa Nathania, Sasri Mulyani, dan Alexander Zulfikar, yang merupakan siswa-siswi dari SMU 4 Jakarta.

Film yang memenangkan penghargaan Think-Act-Change: The Body Shop Documentary Film Competition 2007 untuk kategori SMU ini, memaparkan fenomena di seputar kekerasan dalam rumah tangga.

Setelah itu, dilanjutkan dengan pemutaran film yang berjudul Perempuan Punya Cerita, yang merupakan rangkaian empat cerita pendek yang terdiri dari: Cerita Pulau yang disutradarai oleh Fatimah T. Rony, Cerita Yogyakarta yang disutradarai oleh Upi, Cerita Cibinong dengan sutradara Nia Dinata, dan Cerita Jakarta dengan sutradara Lasja F. Susatyo.

Masing-masing cerita pendek itu memaparkan beberapa masalah yang diderita oleh kaum perempuan, dari mulai isu-isu kesehatan dan reproduksi, HIV/AIDS, masalah trafficking, dan hingga hubungan seks sebelum pernikahan.

Acara yang dimulai sekitar pukul 15:30 WIB ini, diakhiri dengan sesi diskusi terbuka antara para penonton dengan Vivian Idris dan Lasja F. Susatyo (penulis skenario), Bonnie (KalyanaShira Foundation), Ukke R Kosasih (The Body Shop), dan Myra Diarsi (Komnas Perempuan).

Dalam diskusi ini, yang cukup menarik untuk dicatat adalah, para penonton banyak yang memberikan perhatian dan pertanyaan di seputar Cerita Yogyakarta. Terutama mengenai "rasa" dan suasana yang dianggap kurang mewakili kondisi nyata keseharian Yogyakarta. Menanggapi hal ini, selain memberikan penjelasan bagaimana latar belakang proses pembuatan film tersebut, juga mengungkapkan harapan bahwa semoga dengan adanya film ini, maka para filmmaker Jogja menjadi terlecut untuk membuat film lain yang lebih dapat mencerminkan cita rasa dan kondisi keseharian Jogjakarta.

Walaupun aliran listrik padam dan ditambah dengan hujan deras ditengah-tengah acara diskusi, namun itu tidak mensurutkan semangat para penonton untuk bertanya dan berdiskusi dengan para panel tersebut, hingga acara berakhir sekitar pukul 19:00 WIB.

Tag: film dokumenter

Lirik lagu,"Malaikat Juga Tahu :) "

Lelahmu...jadi lelahku juga
Bahagiamu...bahagiaku pasti
Berbagi takdir kita selalu
Kecuali tiap kau jatuh hati

Kali ini hampir habis dayaku
Membuktikan padamu ada cinta yang nyata
Setia hadir setiap hari
Tak tega biarkan kau sendiri
Meski seringkali kau malah asyik sendiri

Karena kau tak lihat
Terkadang malaikat tak bersayap
Tak cemerlang, tak rupawan
Namun kasih ini, silakan kau adu
Malaikat juga tahu
Siapa yang jadi juaranya

Hampamu tak kan hilang semalam
Oleh pacar impian, tetapi kesempatan
Untukku yang mungkin tak sempurna
Tapi siap untuk diuji
Ku percaya diri, cintakulah yang sejati

Namun tak kau lihat
Terkadang malaikat tak bersayap,
Tak cemerlang, tak rupawan
Namun kasih ini, silakan kau adu
Malaikat juga tahu
Siapa yang jadi juaranya

Kau selalu meminta terus kutemani
Dan kau s'lalu bercanda andai wajahku diganti
Melarangku pergi karena tak sanggup sendiri

Namun tak kau lihat
Terkadang malaikat tak bersayap,
Tak cemerlang, tak rupawan
Namun kasih ini, silakan kau adu
Malaikat juga tahu
Aku kan jadi juaranya

FYI: This song represent my feels nowadays, lagu inii mnurutku DALAM banged!, apalagi liriknya yg bilang,"..dan kau selalu bercanda,andai wajahku diganti.." mnurtku ituw sangad DALEM banged!, hehehe:), taw ngga di MP3 playerku lagu inii tetep masi jadi number 1 chart di dalamnyaa, mmang terkadang kita jarang menyadari kalw malaikat itu tidak slalu bersayap dan bercahaya, terkadang malah malaikat ituwh ad di sebelah kita loo..
:)
XOXO

I still Believe

Somehow i know i will find a way to a brighter day in the sun
somewhere i know that he waits for me
someday soon he'll see I'm the one

I wont give up on this feeling
and nothing could keep me away

Cause i still believe in Destiny
That you and I were meant to be.
I still wish on the stars as they fall from above
Cause i still believe, believe in love

I know whats real can not be denied
All though it may hide for a awhile..
With just one touch love can calm your fears
Turning all your tears into smiles

It's such a wondrous feeling
I know that my heart can't be wrong

Cause i still believe in destiny
That you and I were meant to be
I still wish on the stars as they fall from above..
Cause i still believe.. believe in love

Love can make miracles change everything
lift you from the darkness and make your heart sing
Love is a river when you fall it's the greatest power of all

Oh, i still believe in destiny
That you and i were meant to be
I still wish on the stars as they fall from above...
Cause i still believe.. believe in love
Yes i still believe.. Believe in love
I still believe in love
I still believe...believe in love
I still believe...believe in love

Kebudayaan Suku Pedalaman , Suku Badui

KEBUDAYAAN SUKU BADUI
“Menyebut kata Badui mungkin orang langsung membayangkan sebuah suku masyarakat terpencil yang tinggal di pedesaan udik dan terisolasi dari berbagai perkembangan dunia yang semakin hari semakin mengglobal. Suku Badui yang terletak di wilayah selatan Provinsi Banten itu merupakan suatu kesatuan masyarakat yang terikat oleh kesamaan budaya, bahasa Sunda Badui, hidup berladang atau bercocok tanam, dan memegang teguh agama Sunda Wiwitan. ”
Provinsi Banten memiliki masyarakat tradisional yang masih memegang teguh adat tradisi yaitu Suku Baduy yang tinggal di Desa Kanekes Kecamatan Leuwidamar Kabupaten Lebak. Perkampungan masyarakat Baduy pada umumnya terletak pada daerah aliran sungai Ciujung di Pegunungan Kendeng - Banten Selatan. Letaknya sekitar 172 km sebelah barat ibukota Jakarta; sekitar 65 km sebelah selatan ibukota Provinsi Banten.Masyarakat Baduy yang menempati areal 5.108 ha (desa terluas di Provinsi Banten) ini mengasingkan diri dari dunia luar dan dengan sengaja menolak (tidak terpengaruh) oleh masyarakat lainnya, dengan cara menjadikan daerahnya sebagai tempat suci (di Penembahan Arca Domas) dan keramat. Namun intensitas komunikasi mereka tidak terbatas, yang terjalin harmonis dengan masyarakat luar, melalui kunjungan.
Menariknya, pola hidup masyarakat Badui sampai saat ini tidak pernah berubah karena mereka ingin mempertahankan kekhasan mereka sebagai masyarakat yang unik, lain daripada masyarakat lain. Karena itu, Badui telah dijadikan salah satu aset wisata Banten, bahkan aset nasional yang perlu dipertahankan dan dipelihara.
Suku Badui terdiri atas dua kelompok, yakni orang Badui Dalam dan orang Badui Luar. Badui Dalam terdiri dari tiga kampung yakni Cibeo, Cikeusik, dan Cikartawarna. Sedangkan Badui Luar terdiri dari 51 kampung. Penduduk Badui Dalam sebanyak 600 jiwa sedangkan Badui Luar sebanyak 7.140 jiwa, yang dikelompokkan sebagai bagian dari Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak.
Jarak antara Badui Luar dan Badui Dalam relatif jauh dan ditempuh dengan jalan kaki melewati hutan rimba dan pegunungan. Kalau orang Badui sendiri untuk bisa sampai ke Badui Dalam hanya memerlukan waktu empat jam. Sementara kalau orang non Badui selama kurang lebih delapan jam.
Penggunaan istilah orang Badui atau orang Kanekes, tidak lebih dari upaya orang-orang luar Badui memberi nama kepada kelompok masyarakat yang memang tinggal di sekitar Gunung Badui dan Sungai Cibadui itu. Untuk sebutan orang Kanekes, lebih disebabkan adanya Desa Kanekes yang membawahi seluruh perkampungan masyarakat Badui. Perlu diingat bahwa orang Badui bisa disebut orang Kanekes, namun orang Kanekes belum tentu orang Badui karena di Desa Kanekes juga terdapat perkampungan masyarakat non-Badui.
Bagi masyarakat Badui sendiri, tidak dikenal istilah orang Badui, orang Kanekes, Badui Dalam maupun Badui Luar. Masyarakat di sana menggunakan istilah urang tonggoh atau urang girang atau urang tangtu untuk menyebutkan Badui Dalam. Sedang untuk Badui Luar, mereka menggunakan istilah urang landeuh atau urang panamping. Istilah tersebut hingga saat ini masih dipergunakan. Orang Badui tidak akan menyebutkan dirinya dari Badui atau dari Kanekes. Mereka akan menyebutkan nama kampungnya, seperti urang Kaduketug untuk masyarakat Badui yang berasal dari Kampung Kaduketug atau urang Cibeo bagi yang berasal dari kampung Cibeo.
Pola hidup yang dijalani dan dilakoni orang Badui memang sangat menarik untuk dipelajari. Hidup mereka memang sangat tradisional. Hal ini dapat kita lihat dari cara berpakaian mereka yang sederhana. Pakaian yang mereka gunakan memang sangat khas dan kita bisa langsung membedakan orang Badui Luar dari orang Badui Dalam. Orang Badui Luar biasanya memakai ikat kepala hitam, baju hitam, dan celana hitam. Sedangkan orang Badui Dalam, sering dan wajib aturannya memakai kain ikat kepala berwarna putih, baju putih, dan celana putih.
Sementara mata pencaharian, baik Badui Dalam maupun Badui Luar pada umumnya adalah bercocok tanam atau berladang dengan sistem berpindah-pindah. Selain itu, mereka juga memiliki kerajinan tangan seperti menenun dengan model tenunan sarung dan selendang khas Badui. Kesamaan lain antara Badui Dalam dan Badui Luar seperti larangan untuk memelihara hewan berkaki empat kecuali anjing karena digunakan untuk berburu. Hewan berkaki empat seperti sapi, kambing, kerbau, kuda, dan babi menurut mereka merupakan binatang yang merusak tanaman.
Perbedaannya, Badui Dalam tidak pernah naik kendaraan kalau bepergian. Karena itu setiap kali ke Jakarta atau ke mana saja mereka harus berjalan kaki dan tidak menggunakan alas kaki, sandal atau sepatu. Sedangkan orang Badui Luar sudah mulai terbuka terhadap perkembangan seperti menggunakan alas kaki dan bisa naik kendaraan kalau bepergian. Orang Badui Luar bisa berobat ke puskesmas kalau sakit, sementara orang Badui Dalam dilarang. Mereka menggunakan dukun kampung untuk menyembuhkan sakit. Pola rumah tinggal yang mereka gunakan juga sudah sedikit berbeda. Badui Dalam sama sekali dilarang untuk menggunakan paku dalam mendirikan rumah. Mereka hanya menggunakan tali untuk mengikat tiang rumah dan kerangka rumah lainnya. Sementara Badui Luar sudah bisa menggunakan paku untuk membuat rumah

Dalam memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari, masyarakat yang memiliki konsep inti kesederhanaan ini belum pernah mengharapkan bantuan dari luar. Mereka mampu secara mandiri dengan cara bercocok tanam dan berladang (ngahuma), menjual hasil kerajinan tangan khas Baduy, seperti Koja dan Jarog (tas yang terbuat dari kulit kayu Teureup); tenunan berupa selendang, baju, celana, ikat kepala, sarung serta golok/parang, juga berburu.
Masyarakat Baduy bagaikan sebuah negara yang tatanan hidupnya diatur oleh hukum adat yang sangat kuat. Semua kewenangan yang berlandaskan kebijaksanaan dan keadilan berada di tangan pimpinan tertinggi, yaitu Puun. Puun bertugas sebagai pengendali hukum adat dan tatanan hidup masyarakat yang dalam menjalankan tugasnya itu dibantu juga oleh beberapa tokoh adat lainnya.
Sebagai tanda setia kepada Pemerintahan RI, setiap akhir tahun suku yang berjumlah 7.512 jiwa dan tersebar dalam 67 kampung ini mengadakan upacara Seba kepada “Bapak Gede” (Panggilan Kepada Bupati Lebak) dan Camat Leuwidamar.
Pemukiman masyarakat Baduy berada di daerah perbukitan. Tempat yang paling rendah berada pada ketinggian 800 meter di atas permukaan laut. Sehingga dapat dibayangkan bahwa rimba raya di sekitar pegunungan Kendeng merupakan kawasan yang kaya akan sumber mata air yang masih bebas polusi.
Lokasi yang dijadikan pemukiman pada umumnya berada di lereng gunung, celah bukit serta lembah yang ditumbuhi pohon-pohon besar, yang dekat dengan sumber mata air. Semak belukar yang hijau disekitarnya turut mewarnai keindahan serta kesejukan suasana yang tenang. Keheningan dan kedamaian kehidupan yang bersahaja.
Ciri khas suku Baduy yang tinggal di pegunungan Kendeng, desa Kanekes, kecamatan Leuwidamar, Lebak, Banten Selatan adalah masih kokohnya tradisi yang diwariskan oleh karuhun mereka. Salah satu tradisi yang masih bertahan adalah menenun dan cara berbusana. Oleh karena itu, ada yang beranggapan bahwa busana suku Baduy saat ini merupakan bentuk busana yang digunakan oleh masyarakat Jawa Barat pada masa silam.
Wilayah desa Kanekes merupakan tanah adat suku Baduy, seluruh penduduknya adalah suku Baduy dan tidak bercampur dengan penduduk luar. Mereka bertutur dalam bahasa Sunda Buhun atau Sunda Kuno, dengan ciri sub dialek Banten. Ciri bahasa yang digunakan suku Baduy adalah tidak memiliki tinggi-rendah bahasa dengan aksen tinggi dalam lagu kalimat. Letak perkampungan biasanya berada di celah-celah bukit dan lembah yang ditumbuhi pepohonan besar. Jarak antara satu kampung dengan kampung lainnya berjauhan. Penduduknya menjaga, melindungi pohon dan hutan di sekitarnya dengan baik.
Peraturan adat sangat menentukan dalam sikap hidup suku Baduy, baik untuk keseimbangan hidup antar sesama maupun kelestarian kehidupan alamnya. Kehidupan sehari-harinya bersahaja. Barangbarang “modern” seperti sabun, kosmetik, piring, gelas dan peralatan pabrik dilarang dipakai. Tak ada listrik, radio dan televisi. Semuanya itu tabu (pamali).
Suku Baduy terdiri dari dua kelompok masyarakat, yaitu Baduy Luar, disebut Panamping yang tinggal di 36 kampung luar dan Baduy Dalam, disebut Kajeroan yang tinggal di tiga kampung utama. Baduy Dalam, mengelompok menurut asal keturunan (tangtu) mereka, yaitu tangtu Cibeo, tangtu Cikertawana dan tangtu Cikeusik.
Dalam pandangan suku Baduy, mereka berasal dari satu keturunan, yang memiliki keyakinan, tingkah laku, cita-cita, termasuk busana yang dikenakannya pun adalah sama. Kalaupun ada perbedaan dalam berbusana, perbedaan itu hanya terletak pada bahan dasar, model dan warnanya saja. Baduy Dalam merupakan paroh masyarakat yang masih tetap mempertahankan dengan kuat nilai-nilai budaya warisan leluhurnya dan tidak terpengaruh oleh kebudayaan luar. Ini berbeda dengan Baduy Luar yang sudah mulai mengenal kebudayaan luar. Perbedaan antara Baduy Dalam dan Baduy Luar seperti itu dapat dilihat dari cara busananya berdasarkan status sosial, tingkat umur maupun fungsinya. Perbedaan busana hanya didasarkan pada jenis kelamin dan tingkat kepatuhan pada adat saja, yaitu Baduy Dalam dan Baduy Luar.
Baduy Dalam, untuk laki-laki memakai baju lengan panjang yang disebut jamang sangsang, karena cara memakainya hanya disangsangkan atau dilekatkan di badan. Desain baju sangsang hanya dilobangi/dicoak pada bagian leher sampai bagian dada saja. Potongannya tidak memakai kerah, tidak pakai kancing dan tidak memakai kantong baju. Warna busana mereka umunnya adalah serba putih. Pembuatannya hanya menggunakan tangan dan tidak boleh dijahit dengan mesin. Bahan dasarnya pun harus terbuat dari benang kapas asli yang ditenun.
Bagian bawahnya memakai kain serupa sarung warna biru kehitaman, yang hanya dililitkan pada bagian pinggang. Agar kuat dan tidak melorot, sarung tadi diikat dengan selembar kain. Mereka tidak memakai celana, karena pakaian tersebut dianggap barang tabu.
Selain baju dan kain sarung yang dililitkan tadi, kelengkapan busana pada bagian kepala menggunakan ikat kepala berwarna putih pula. Ikat kepala ini berfungsi sebagai penutup rambut mereka yang panjang. Kemudian dipadukan dengan selendang atau hasduk yang melingkar di lehernya. Pakaian Baduy Dalam yang bercorak serba putih polos itu dapat mengandung makna bahwa kehidupan mereka masih suci dan belum terpengaruh budaya luar.
Bagi suku Baduy Luar, busana yang mereka pakai adalah baju kampret berwarna hitam. Ikat kepalanya juga berwarna biru tua dengan corak batik. Desain bajunya terbelah dua sampai ke bawah, seperti baju yang biasa dipakai khalayak ramai. Sedangkan potongan bajunya mengunakan kantong, kancing dan bahan dasarnya tidak diharuskan dari benang kapas murni. Cara berpakaian suku Baduy Panamping memamg ada sedikit kelonggaran bila dibandingkan dengan Baduy Dalam. Melihat warna, model maupun corak busana Baduy Luar, menunjukan bahwa kehidupan mereka sudah terpengaruh oleh budaya luar.
Kelengkapan busana bagi kalangan kali-laki Baduy adalah amat penting. Rasanya busana laki-laki belum lengkap apabila tidak memakai senjata. Bagi Baduy Dalam maupun Luar kalau bepergian selalu membawa senjata berupa golok yang diselipkan di balik pinggangnya. Pakaian ini biasanya masih dilengkapi pula dengan tas kain atau tas koja yang dicangklek (disandang) di pundaknya.
Sedangkan, busana yang dipakai di kalangan wanita Baduy, baik Kajeroan maupun Panamping tidak menampakkan perbedaan yang mencolok. Model, potongan dan warna pakaian, kecuali baju adalah sama. Mereka mengenakan busana semacam sarung warna biru kehitam-hitaman dari tumit sampai dada. Busana seperti ini biasanya dikenakan untuk pakaian sehari-hari di rumah. Bagi wanita yang sudah menikah, biasanya membiarkan dadanya terbuka secara bebas, sedangkan bagi para gadis buah dadanya harus tertutup. Untuk pakain bepergian, biasanya wanita Baduy memakai kebaya, kain tenunan sarung berwarna biru kehitam-hitaman, karembong, kain ikat pinggang dan selendang. Warna baju untuk Baduy Dalam adalah putih dan bahan dasarnya dibuat dari benang kapas yang ditenun sendiri.
Untuk memenuhi kebutuhan pakaiannya, masyarakat suku Baduy menenun sendiri dan dilakukan oleh kaum wanita. Dimulai dari menanam biji kapas, kemuduan dipanen, dipintal, ditenun sampai dicelup menurut motifnya khasnya. Penggunaan warna pakaian untuk keperluan busana hanya menggunakan warna hitam, biru tua dan putih. Kain sarung atau kain wanita hampir sama coraknya, yaitu dasar hitam dengan garis-garis putih, sedangkan selendang berwana putih, biru, yang dipadukan dengan warna merah.
Semua hasil tenunan tersebut umumnya tidak dijual tetapi dipakai sendiri. Bertenun biasanya dilakukan oleh wanita pada saat setelah panen. Jenis busana yang dikerjakan antara lain, baju, kain sarung, kain wanita, selendang dan ikat kepala. Selain itu, ada kerajinan yang dilakukan oleh kalangan pria di antaranya adalah membuat golok dan tas koja, yang terbuat dari kulit pohon teureup ataupun benang yang dicelup.
Dari model, potongan dan cara berbusananya saja, secara sepintas orang akan tahu bahwa itu adalah suku Baduy. Memang, pakaian bagi suku Baduy bukanlah sekedar untuk melindungi tubuh saja, melainkan lebih bersifat sebagai identitas budaya yang melekatnya. Mereka percaya bahwa semuanya itu merupakan warisan yang dituturkan oleh karuhun atau nenek moyang mereka untuk dijaga.
Kendati ada banyak hal yang berbeda, kehidupan orang Badui sangat harmonis dan penuh dengan kedamaian. Pola hidup gotong royong yang mereka terapkan membuat mereka hidup rukun. Mereka tampaknya sangat ramah, berbudaya, beradab, bahkan terhadap para wisatawan pun mereka memperlihatkan sikap ramah. Dalam sejarahnya belum ada orang Badui yang saling perang atau melakukan tindakan kriminal. Kenyataannya memang demikian, sesama orang Badui belum pernah terjadi saling membunuh, saling menipu, apalagi dengan orang luar Badui.
Kebersamaan mereka sangatlah kuat. Mereka mengadakan upacara adat secara bersamaan, menanam padi dan panen bersamaan, serta banyak kegiatan lain yang memang sudah terjadwal untuk dilaksanakan secara serempak.
Suku Badui mempunyai sistem pemerintahan yang sederhana namun efektif. Pusat pemerintahan dilakukan dari tiga kampung di Badui Dalam. Kampung Cikeusik, kampung paling selatan di Badui merupakan pusat pemerintahan yang mengurusi soal keagamaan dan adat istiadat. Kampung Cikartawana, (ci = air, karta = kota, wana = hutan), merupakan pusat pemerintahan yang mengurusi soal pertanian dan kesejahteraan masyarakat Badui. Terakhir adalah Kampung Cibeo yang letak geografisnya berada di tengah-tengah daerah Badui, menjadi pusat pemerintahan yang mengurusi bidang keamanan wilayah dan intelijen. Masing-masing ketiga kampung ini dipimpin oleh seorang kepala kampung yang diberi nama Puun.
Sejak dibukanya terminal Ciboleger, Desa Kanekes sekitar tahun 1992 yang menghubungkan daerah Badui dengan daerah luar, membawa dampak yang tidak sedikit. Lancarnya transportasi ke Ciboleger membuat Ciboleger menjadi pasar raya bagi masyarakat Badui. Dari mulai gayung plastik, pakaian, sepatu, sabun, shampo, alat tulis menulis hingga makanan dan minuman seperti coca cola, teh botol hingga chiki dan mi instan, banyak tersedia di Ciboleger. Ditambah dengan banyaknya wisatawan lokal maupun mancanegara yang datang dengan segala perilaku serta kebiasaan berbeda dengan masyarakat Badui.
Hal tersebut tentunya membawa perubahan dalam pola hidup masyarakat Badui, terutama Badui Luar. Di setiap kampung kita sudah biasa menjumpai paling tidak satu buah warung. Tidak heran bila saat ini di Badui Luar banyak orang yang sudah memakai sandal jepit, menggunakan kantong plastik, makan mi instan dengan sambal botolan, mencuci perabotan menggunakan sabun colek, dan para wanitanya membersihkan diri di sungai dengan sabun wangi serta shampo saset.
Kita tidak kesulitan meminta kertas dan ballpoin untuk menulis kepada penduduk Badui Luar, bahkan ada beberapa orang Badui Luar yang telah memiliki kartu nama sebagai media promosi diri dan daerahnya. Namun mereka tetap tidak mau merubah secara drastis adat serta budaya yang telah ada dengan segala konsekuensinya.
Kondisi tersebut tidak akan kita jumpai di Badui Dalam yang hingga saat ini tetap memegang teguh adat istiadat, budaya serta kebiasaan para pendahulunya. Kita boleh merasa lega karena di Badui Dalam masih belum tergoyahkan oleh kemajuan teknologi dan zaman.
Dengan terbukanya transportasi menuju wilayah Badui, semakin banyak wisatawan datang berkunjung ke daerah ini. Sembilan puluh lima persen wisatawan yang berkunjung adalah wisatawan lokal, selebihnya merupakan wisatawan mancanegara.
Minimnya brosur dan pemberitaan tentang Badui membuat calon wisatawan luar negeri tidak sempat melirik kawasan wisata ini. Agar wisatawan dapat menikmati perjalanan sambil mendapat penjelasan yang benar tentang Badui dan mengingat kondisi medan yang lumayan berat serta banyaknya larangan atau pamali di wilayah Badui, maka sudah seharusnya mereka membutuhkan jasa pramuwisata atau guide sebagai pemandu serta jasa porter sebagai pembawa barang.

Happily Ever After :)

Storybook endings, fairy tales coming true
Deep down inside we want to believe they still do
In our secretest heart, it's our favourite part of the story
Let's just admit we all want to make it to

Ever ever after
If we just don't get it our own way
Ever ever after
It may only be a wish away

Start a new fashion, wear your heart on your sleeve
Sometimes you reach what's real just by making believe
Unafraid, unashamed
There is joy to be claimed in this world
You even might wind up being glad to be you

Ever ever after
Though the world will tell you it's not smart

Ever ever after
The world can be yours if you let your heart
Believe in ever after

No wonder your heart feels it's flying
Your head feels it's spinning
Each happy ending's a brand new beginning
Let yourself be enchanted, you just might break through

To ever ever after
Forever could even start today
Ever ever after
Maybe it's just one wish away
Your ever ever after

(I've been dreaming of a true love's kiss)

Oh, for ever ever ever after

Resensi Film - The Queen

Sutradara ; Stephen Frears
Cast : Hellen mirren
Michael sheen
James Cromwell
Helen Mcrory
Alex Jennings
Roger Allam
Sylvia Syms
Didistribusikan oleh : 20th Century foxx
Miramax

RESENSI
Film yang diluncurkan hampir setelah satu decade setelah kematian Putri Diana berkisah tentang keadaan dan reaksi kerajaan Inggris setelah insiden kematian Diana. Film ini menitikberatkan akan kebudayaan monarki dari kerajaan Inggris yang sangat protokoler dan bagaimana reaksi sang Ratu Elizabeth II menanggapi kematian dari Diana.
Film ini berawal pada keadaan tahun 1997 saat pemilihan perdana menteri baru di Inggris yang akhirnya memilih Tony Blair ( Michael Sheen ) sebagai perdana menteri baru yang sudah berlangsung selama 18 tahun. Dan bagaimana reaksi sang ratu Elizabeth menanggapi atas pemilihan perdana menteri yang baru itu. Sang ratu (Hellen Mirren ) menyatakan bahwa ia memilih untuk tidak mendukung siapa – siapa dalam pemilihan Perdana menteri tersebut. Sang Ratu secara implisit mengatakan bahwa Tony Blair akan sengaja memodernisasi Inggris dan kerajaan Inggrispun akan terkena imbasnya.
Kemudian Tony Blairpun membalas pernyataaan sang Ratu dengan mengatakan bahwa ia akan menghargai kemerdekaan dari kerajaan Inggris dan keluarga kerajaan. Saat Tony Blair mengunjungi kerajaan Inggris para pemburu beritapun mengabarkan bahwa sang Ratu menolak untuk bertemu dengan Tony Blair. Setelah tiga bulan berlalu, insiden Dianapun terjadi dengan kematiannya karena kecelakaan mobil yang tragis. Juru bicara dari Tony Blair, Alastair Campbell ( Mark Bazeley ) langung mengeluarkan pernyataan kalau Diana adalah “sang putrid rakyat”. Keesokkan paginyapun Tony Blair juga mengeluarkan pernyataan sama dengan apa yang dikatakan juru bicaranya. Setelah beberapa haripun berlalu karena merasa kalau rakyat didukung untuk menghargai Diana sebagai putri rakyat dan rakyatpun bereaksi berbondong – bondong mengunjungi istana Buckhingham dan istana Kensington utnuk memberikan bunga – bunga dan ucapan – ucapan dukacita. Disaat yang sama, keluarga kerajaan masih dalam perjalanan berlibur ke istana Batmoral, istana milik sang ratu di Aberdeenshire,Skotlandia.
Kabar kematian Dianapun menyebar dengan cepat, hingga sampai di telinga para
Majelis – majelis kerajaan. Sang Ratupun segera bereaksi dan mengeluarkan pernyataan bahwa, Diana bukan anggota kerajaan Inggris lagi sejak Diana bercerai dengan pangeran Charles (Charles Jennings ) setahun yang lalu . dan sang ratupun menyatakan bahwa Diana tidak pantas unuk menerima penghormatan terakhir dari keluarga kerajaan…..
Apa yang akan terjadi dengan sang ratu setelah ia mengatakan hal tersebut ?
Silahkan menonton The Queen di DVD anda…

My Favourite Indonesia song - curhat :)

Lagu Indonesia kesukaan kmu apa Alex?,
Tanya seorang teman baik saya.
Tanpa pikir panjang saya akan langsung menjawab dengan jelas Malaikat juga tahu diciptakan oleh Dewi lestari.
Kenapa?
Mnurut saya K'Dewi Lestari sangat hebat dan hebat dan hebat banged smpai ia bisa membuat lagu yang sedemikian indahnyaa.
Saat pertama kali mendengarnya,
Jujur saya menganggap lagu ini sdikit akward.
Tapi setelah saya mendengar untuk yang kedua kalinyaa.
Scara tidak sadar saya langsung jatuh cinta pada lagu ini.
Dan keep menyenandungkn lagu ini di kampus dan dimana saja.
Bahkan lagu ini sudah mengalahkan lagu" milik penyanyi favorit saya seperti Jonas Brothers maupun Miley Cyrus,
Saya juga sdikit confuse apa yang terjadi mengapa sedemikiannya saya suka dan jatuh cinta pada lagu "cengeng" ini(maav K'Dee,xo).
Hingga suatu ketika saya baru sadar-sesadar-sadarnya.
Bahwa,
Lagu ini sangat similar dengan keadaan dan kehidupan yang saya jalani.
Mungkin teman-teman di facebook saya tidak begitu mengenal saya.
Tapi bila teman-teman facebook ingin mengenal saya lebih baik.
Silahkan mendengarkan lagu Malaikat juga tahu.
Karena lagu inii Saya banged :)
Mmang menurut banyak orang lagu ini cengeng,
Tapi pendapat saya sangat berbeda..
Mnurut saya lagu ini sama sekali tidak melemahkan melainkan sangat menguatkan orang-orang yang mendengarnya..
Menurut saya lagu ini mengimprestasikan..
Seseorang yang memiliki dua kepribadian,
Diluar ketika menghadapi banyak masalah,Ia trlihat sangat kuat & tegar menghadapi semua cobaan dan rintangan yang mungkin sebenarnya orang itu sudah ngga kuat lagi dan udh jenuh menghadapi cobaan itu..
Smpai akhirnya orang itu sudah terlanjur amat sangat lelah utk berpura-pura menggunakan topeng "tegar".
Smpai akhirnya ia menyerah (krena mmang itu jalan terbaik) dan berkata pd orang yang menyakiti dia itu, "..malaikat juga tahu siapa yang jadi juaranya".
Ohh My Gosh !,
mnurut saya itu sangat tidak bisa dilukiskan dengan kata-kata..
Hingga akhirnya, menurut saya secara implisit digambarkan sebenarnya orang yang disakiti didalam lagu itulah yang merupakan sang malaikat sebenarnya ..
Dan sebenarnya ini rahasia :)
orang yang disakiti itu adalah saya.
~alex

Confuncius - Filsuf Asia yang disegani


RIWAYAT SINGKAT CONFUCIUS
Confucius, bernama kecil Khung Chiu atau Zhong Ni, lahir pada masa pemerintahan Raja Ling dari dinasti Zhou (551 SM) di desa Chang Ping Negara bagian Lu (Sekarang Chu-fu, propinsi Shandong).Secara tradisi dikatakan bahwa Confucius dilahirkan pada hari ke-27 bulan lunar ke-8, tetapi hal tersebut masih dipertanyakan oleh para ahli sejarah.

Di kebanyakan Negara Asia Timur, kelahiran Confucius diperingati pada tanggal 28 September, dan di Taiwan pada hari tersebut diberlakukan sebagai hari libur nasional atau 'Hari Guru'.

Ayahnya meninggal dunia pada saat Confucius berusia 3 tahun, dan ibunya menyusul pada waktu Confucius berumur 17 tahun. Pada usia 15 tahun , Confucius telah mempelajari berbagai buku pelajaran.

Menjalani kehidupan berkeluarga pada usia 19 tahun dengan menikahi gadis dari negara bagian Song bernama Yuan Guan. Anak pertama Confucius lahir setahun kemudian dan diberi nama Khung Li. Sebagai seorang pemuda , Beliau cepat dikenal sebagai seorang yang bijaksana, sopan dan senang belajar. Berbagai pekerjaan pernah dilakukan oleh Confucius, antara lain sebagai kepala pembukuan di lumbung padi, pengawas peternakan, dan mandor bangunan .

Untuk kemudian Confucius sangat mengkonsentrasikan diri dalam mempelajari sejarah (Shu), ungkapan-ungkapan (Shi), tata krama (Li) dan musik (Yue) sebelum diangkat sebagai gubernur distrik tengah Lu oleh Bangsawan Ding.

Beliau melakukan berbagai perjalanan dan pernah menimba ilmu pengetahuan di Ibu Kota Negara , Zhou, dimana Beliau bertemu dan berdiskusi dengan Lau Zi. Tidak diketahui siapa saja guru dari Confucius, tetapi Beliau senantiasa berusaha untuk menemukan seorang guru yang ahli guna menimba ilmu dari mereka, khususnya dalam bidang tata-krama (Li) dan musik (Yue). Confucius menguasai enam seni, yaitu tata-krama, musik, memanah, menunggang kuda, menulis huruf indah (kaligrafi) dan ilmu menghitung (aritmatika). Selain itu Beliau juga menguasai berbagai bentuk tradisi klasik, sejarah dan puisi kebangsaan sehingga menjadikannya seorang pengajar yang tiada bandingnya pada saat Beliau berusia tiga-puluhan.

Dalam memegang pemerintahan , Beliau sangatlah arief dan bijaksana, sehingga selalu mendapatkan promosi jabatan (dari usia 35 tahun sampai 60 tahun) dimana Beliau pernah menjabat sebagai Menteri Pekerjaan Umum dan Komisaris Polisi untuk menjaga ketertiban dan keamanan serta Menteri Kehakiman. Sesudah mengundurkan diri dari jabatan pemerintahan, Confucius lebih banyak berdiam di rumah untuk menerbitkan Kitab tentang Puisi (The Book of Poetry / Odes = She Cing), menggubah musik, dan menyusun tata krama kuno termasuk menulis dan menerbitkan Kitab Sejarah Musim Semi dan Gugur (Spring and Autumn Annals = Chuen Chiu).
Confucius juga selalu meluangkan waktu untuk memberi kuliah dan berbagi pengetahuan dengan murid-muridnya. Beliau menerima siapa saja, tanpa memandang miskin atau kaya, semuanya diberikan pelajaran sesuai dengan kemampuan masing-masing, sehingga murid-muridnya mengalami penambahan dalam jumlah yang sangat besar untuk jangka waktu yang relatif pendek.

Dalam usia 67 tahun, Beliau kembali ke tempat kelahirannya untuk mengajar dan mengabadikan karya-karya tradisi klasik dengan cara menulis dan mengolah kembali bentuk karya tersebut. Confucius meninggal dunia pada tahun 472 SM, bulan ke-4 tahun ke-16 dalam masa pemerintahan bangsawan Ai , dalam usia 73 tahun. Menurut buku 'Records of the Historian', dijelaskan bahwa 72 murid Beliau menguasai enam jenis seni, demikian juga terdapat kurang lebih 3000 orang yang mengaku sebagai pengikut Confucius waktu itu.











AJARAN – AJARAN CONFUCIUS
Salah satu pandangannya yang sangat berarti adalah bahwa segala pengetahuan yang sesungguhnya berarti mengatakan apa yang diketahui bila memang mengetahui, dan mengatakan apa yang tidak diketahui bila memang tidak mengetahui. Ungkapan lainnya yang sering dijadikan tolak-ukur dan membangun semangat kepercayaan diri dalam menjalani kehidupan ini, adalah nasehatnya yang mengatakan bahwa kita janganlah bersedih hati hanya karena tidak diakui oleh orang lain, tetapi lebih baik tanyakan diri kita sendiri (instropeksi) apakah sudah sepantasnya diakui orang.

Ajaran utama Confucius menekankan cara menjalani kehidupan yang harmonis dengan mengutamakan moralitas atau kebajikan. Seseorang dilahirkan untuk menjalani hubungan tertentu sehingga setiap orang mempunyai kewajiban tertentu. Sebagai contoh, kewajiban terhadap negara, kewajiban terhadap orang tua, kewajiban untuk menolong teman, dan suatu kewajiban umum terhadap kehidupan manusia.

Kewajiban-kewajiban tersebut tidaklah sama dimana kewajiban terhadap negara dan orang tua lebih diutamakan daripada kewajiban terhadap teman dan kehidupan manusia. Sifat-sifat mulia yang diajarkan oleh Confucius bertujuan untuk menciptakan manusia yang berbudi-pekerti luhur yang disebut Budiman (C'un Zi), suatu proses latihan yang meliputi peningkatan kualitas diri secara tetap, dan kemampuan berinteraksi di dalam kehidupan bermasyarakat secara berkelanjutan. Walaupun Beliau menekankan proses belajar sebagai 'suatu kepentingan untuk diri sendiri', dimana pada akhirnya terbentuk pengetahuan diri dan realisasi diri, namun Beliau juga menyatakan bahwa kebanyakan orang akan memperoleh pendidikan sejati secara alami.

Confucius dikenal juga sebagai guru pertama di Tiongkok yang memperjuangkan tersedianya pendidikan bagi semua orang, dan menekankan bahwa pendidikan bukan hanya sebagai suatu kewajiban semata-mata, melainkan suatu cara untuk menjalani kehidupan ini.
Pengaruh ajaran Confucius berkembang pesat di Eropa dan Amerika, dimana dapat dilihat semboyan revolusi Perancis yang terkenal, yaitu Liberty (kebebasan), Equality (persamaan) dan Fraternity (persaudaraan), yang berasal dari ajaran kemanusiaan (Humanism) Confucius.

Demikian juga Piagam Kemerdekaan Amerika Serikat (Declaration of Independence) sangat terpengaruh oleh ajaran Confucius, dimana dalam diskusi pembahasan naskah tersebut, Thomas Jefferson sendiri mengakuinya.

Negara-negara Asia paling banyak menerima pengaruh ajaran Confucius, terutama negara Korea, Jepang, Vietnam, Singapura, dan Taiwan.

Secara garis besar, Confucius membagi proses ajarannya melalui 4 tahapan, yaitu :

1. Mengarahkan pikiran kepada cara. – kalau menurut alex si ini bsa berarti bahwa kita mengarahkan pikiran kepada suatu jalan/cara untuk mndapatkan ssuatu msalkan, untuk menjadi pintar ka nada cara/jalan yg hrus kita lakukan yaitu belajar

2. Mendasarkan diri pada kebajikan. – kalau mnurut alx sii paham Confucius ini meminta kita untuk selalu berdasar pada kejujuran, STOP KORUPSI !

3. Mengandalkan kebajikan untuk mendapat dukungan.- ini mnurut alx sdikit mirip dgn yg datas yaitu untuk mendapatkan sesuatu hendaklah kita mendapatkannya dgn jujur. Contoh klasiknya si kalau ingin mendapatkan teman-teman yang setia mendukung kita pasti kita bsa mmulainyaa dgn berlaku jujur.

4. Mencari rekreasi dalam seni. – ternyata Cunfucius juga mengajarkan untuk tidak belajar mrlulu juga beliau juga menyarankan kita untuk refreshing juga tapi merefresh dirinyadgn cara yang mendidik juga yaitu melaui seni (melukis,kaligrafi)

Beliau menyusun 8 prinsip belajar, mendidik diri sendiri dan hubungan social, yaitu :

1. Menyelidiki hakekat segala sesuatu (Ke'-wu) – Memiliki rasa ingin tahu yang besar
2. Bersikap Jujur
3. Mengubah pikiran kita - openminded
4. Membina diri sendiri (Hsiu-shen) - mandiri
5. Mengatur keluarga sendiri
6. Mengelola Negara - nasionalis
7. Membawa perdamaian di dunia. – cinta damai

Confucius membuat suatu daftar prioritas dalam menjalani kehidupan bermasyarakat, yaitu :
- Kelakuan adalah syarat utama,
- Berbicara adalah prioritas kedua,
- Memahami soal-soal Pemerintahan adalah prioritas ketiga,(politik?)
- Kesusasteraan adalah prioritas keempat.

Ajaran-ajaran Confucius telah mempengaruhi kehidupan sebagian besar kebudayaan China baik kehidupan berumah-tangga, sosial ataupun politik.

Walaupun ajaran Confucius telah menjadi suatu ideologi resmi di Tiongkok, namun ajaran Beliau tidaklah dapat dianggap sebagai suatu organisasi keagamaan dengan gereja dan pendeta sebagaimana yang terdapat dalam agama-agama resmi lainnya.

Para cendekiawan China menghormati Confucius sebagai seorang Guru Agung dan Orang Suci tetapi tidak menyembahnya sebagai dewa. Demikian juga Confucius tidak pernah menyatakan dirinya sebagai utusan Ilahi. Namun dalam perkembangannya lebih lanjut, yang dipengaruhi oleh ajaran Taoisme saat itu, Confucius juga dipuja sebagai salah satu Dewa Pendidikan dalam vihara para Taois.

Di Indonesia, para umat Confucius sampai saat ini masih berjuang agar dapat diakui sebagai salah satu agama resmi negara dengan alasan bahwa ajaran Confucius menegaskan dan mengakui adanya keberadaan Tuhan Yang Maha Esa.

Namun di negara Barat, ajaran Confucius lebih dipandang sebagai suatu ajaran moralitas yang menekankan kebangkitan diri sejati dalam bertingkah laku secara sopan dan berkepatutan serta pencurahan rasa bhakti yang tinggi terhadap orang tua, istri, anak, saudara, teman, atasan, dan pemerintahan.

Prinsip ajaran Confucius tertuang dalam sembilan karya kuno China yang diturunkan oleh Confucius dan pengikutnya yang hidup pada masa pengajaran Beliau. Karya tersebut dapat dikelompokkan dalam dua bagian utama, yaitu Empat Buku (Shih Shu) dan Lima Kitab (Wu Cing).

Kata kunci utama etika para pengikut Confucius adalah JEN, yang dapat diterjemahkan secara bervariasi sebagai Cinta Kasih, Moralitas, Kebajikan, Kebenaran, dan Kemanusiaan. Jen merupakan perwujudan akal budi luhur dari seseorang yang mana dalam hubungan antar manusia, Jen diwujudkan dalam cung, atau sikap menghormati terhadap seseorang (tertentu) ataupun orang lain (pada umumnya), dan shu, atau sikap mementingkan orang lain (altruisme) dimana terkenal dari ucapan Confucius sendiri, "Janganlah engkau lakukan kepada orang lain apa yang tidak ingin engkau lakukan terhadap dirimu sendiri."

Ajaran Confucius lainnya yang penting adalah Kebenaran, Budi Pekerti, Kebijaksanaan, Kepercayaan, Bhakti, Persaudaraan, Kesetiaan, dan Kesadaran Diri.

Seseorang yang telah menguasai keseluruhan sifat luhur tersebut maka layak disebut Budiman (C'un-Zi).

Ajaran politik yang dikembangkan oleh Confucius mengarah kepada suatu pemerintahan yang bersifat paternalistik (kebapakan), dimana terjalin sikap saling menghormati dan menghargai antara pemerintahan dan rakyat. Pemimpin negara haruslah menciptakan kesempurnaan moral dengan cara memberikan contoh yang benar kepada rakyat.

Dalam ajaran pendidikan, Confucius berpegang pada teori, yang diakui selama periode pemerintahan selama Beliau masih hidup, bahwa "Dalam pendidikan, tidak ada perbedaan kelas."

















Buku / kitab ajaran Confucius
Kitab ajaran Confucius yang utama adalah Empat Buku [Shi Shu] dan Lima Kitab [Wu Cing]. Empat Buku merupakan suatu ajaran pokok yang ditulis oleh para pengikut Confucius sampai kehidupan Mencius. Sedangkan Lima Kitab merupakan kitab yang berasal dari era sebelum Confucius.

Empat Buku [Shi Shu]

Buku tentang Jalan Tengah [Zhong Yong] dan Buku tentang Jalan Besar [Da Xue] termasuk dua bab dalam Li-chi telah menjadi suatu karya tersendiri dan bersama dengan Buku Kumpulan Ujaran [Lun Yu] dan Pokok Pelajaran Mencius [Meng Zi], telah dipakai sebagai kurikulum pokok dalam pendidikan para pengikut Confucius selama berabad-abad sebelum kelahiran Chu Hsi (1130 - 1200), seorang filsuf Neo-Confucian yang terbesar sesudah era Mencius (371 - 289 SM).

Kemudian oleh Chu Hsi pada tahun 1190 dirangkaikan dengan urutan, Da Xue, Lun Yu, Meng Zi dan Chung Yung , dan diterbitkan menjadi satu buku dengan sebutan Shih Shu (Empat Buku). Urutan tersebut tidak konsisten adanya, karena terdapat juga banyak referensi lainnya yang tidak berurutan seperti itu. Empat Buku yang mendapatkan kedudukan di atas Lima Kitab telah menjadi naskah rujukan pokok dalam bidang pendidikan dan ujian negara selama beberapa generasi dalam sejarah Tiongkok semenjak abad ke-14.

Sehingga Empat Buku tersebut telah menciptakan pengaruh yang sangat besar dalam kehidupan rakyat Tiongkok sejak 600 tahun yang silam. Chu Hsi juga tercatat dalam sejarah sebagai seorang Confucianis yang juga mempelajari dengan baik ajaran Buddhisme dan Taoisme.

1. Buku tentang Pelajaran Besar (The Great Learning / Da Xue)

Buku tentang Pelajaran Besar merupakan suatu naskah yang ditulis oleh murid Confucius angkatan pertama Tseng Zi.

Selama berabad-abad naskah tersebut hanya dikenal sebagai salah satu bab dalam Li Chi (Kumpulan Ritual), satu dari Lima Kitab dalam Confucianisme, sampai akhirnya oleh Chu Hsi mempublikasikan naskah tersebut secara terpisah dan dikelompokkan dalam Shi Shu. Buku ini merupakan suatu buku panduan pembinaan diri dengan moralitas tinggi di dalam kehidupan keluarga, masyarakat, negara, dan dunia.

Da Xue menyatakan bahwa perdamaian dunia tidak akan tercapai apabila seorang pemimpin negara tidak terlebih dahulu mengatur negaranya sendiri secara teratur. Demikian juga tidak terdapat seorang pemimpin yang dapat melakukan hal tersebut sebelum tercapai keteraturan rumah tangganya. Kenyataan ini menunjukkan bahwa seorang pemimpin dunia pada akhirnya ditunjukkan oleh sifat luhur dalam kehidupan pribadinya. Sifat luhur ini merupakan suatu akibat alamiah hasil perkembangan kebijaksanaan yang diperoleh dari hasil penelaahan terhadap segala sesuatu.

Da Xue memandang bahwa pemerintahan yang baik dan kedamaian dunia merupakan suatu hal yang tidak dapat dipisahkan dengan sifat luhur pribadi seorang pemimpin yang tumbuh bersamaan dengan berkembangnya kebijaksanaan.

Dalam kata pembukaan Da Xue, dijelaskan oleh Chu Hsi bahwa rangkaian pandangan tersebut mencerminkan pertumbuhan pribadi seseorang. Setiap individu haruslah mengolah sifat Kebajikan [Jen] , Keadilan [ i ], Sopan Santun [ Li ], dan Kebijaksanaan [ Chih ], tetapi sifat luhur tersebut sulit untuk dapat dikembangkan secara berkeseimbangan.

2. Buku Kumpulan Ujaran(ucapan-ucapan)? (The Analects / Lun Yu)

Buku Kumpulan Ujaran ini merupakan kumpulan tulisan yang dilakukan oleh murid-muridnya, setelah Confucius meninggal dunia. Isinya berupa pembicaraan-pembicaraan dan nasehat-nasehat yang diberikan oleh Confucius kepada murid-muridnya, termasuk perkataan murid-muridnya yang berkaitan dengan kehidupan saat itu.

Tulisan ini berupa suatu gugusan pembicaraan yang terdiri dari 20 bab dengan pembagian alinea di masing-masing bab.

Lun Yu yang berarti 'Ujaran' dalam bahasa mandarin, adalah merupakan satu dari Empat Buku yang diterbitkan kembali dalam tahun 1190 oleh Chu Hsi dan merupakan karya klasik terbesar dalam Shih Shu (Empat Buku).

Lun Yu dipertimbangkan oleh para cendekiawan sebagai sumber yang paling dipercayai dalam doktrin Confucianisme, dan pada umumnya merupakan naskah pertama yang dipelajari oleh para pengikut ajaran Confucius. Buku ini berisi konsep etika dasar Confucius yang bersifat praktis seperti konsep : Kebajikan [Jen], Budiman [C'un Zi], Yang Maha Kuasa [Th'ien], Jalan Tengah [Chung Yung], Sopan Santun [Li], dan Kesempurnaan Nama [Cheng Ming].

Cheng Ming mencerminkan bahwa seseorang haruslah bertindak sesuai dengan kebenaran karena akan mempengaruhi nama baik seseorang, seperti perkawinan haruslah dipandang sebagai perkawinan yang benar bukan hanya sekedar untuk kumpul kebo.

Di antara berbagai ujaran dalam Lun yu yang disampaikan oleh Confucius, terdapat penjelasan mengenai Bhakti [Hsiao] yang berarti pencurahan rasa bhakti dengan tulus kepada orangtua, yang dikatakan oleh Confucius, bahkan anjing dan kuda juga memiliki sifat bhakti tersebut .

Sifat Bhakti tersebut tidak akan muncul tanpa penghormatan yang luhur terhadap orangtua. Lun Yu juga berisi ujaran Confucius mengenai kehidupan berumah tangga sebagaimana yang dicatat oleh murid-muridnya. Secara umum dapat dikatakan bahwa Lun Yu belumlah tersusun secara sistimatis, dan adakalanya terjadi pengulangan, bahkan terkadang terkesan kurang akurat ditinjau dari sisi sejarah.


BAGIAN 4

3. Pokok-pokok pelajaran Mencius-guru agung kedua
The Principle of Mencius / Meng Zi)

Buku ini terdiri dari 7 jilid A dan B dimana merupakan suatu kumpulan tulisan ajaran dan percakapan Mencius dalam menjalani kehidupan pada saat itu dengan menegakkan kemurnian ajaran Confucius. Pendirian Mencius yang kukuh adalah mengungkapkan Cinta Kasih dan Kebenaran, menebarkan Jalan Suci dan Kebajikan, mengakui Yang Maha Esa (TAO).

Mencius merupakan salah satu filsuf pengikut Confucius yang terkenal dan hidup sekitar abad ke-4 SM serta mendapatkan julukan Ya Sheng atau Guru Agung Kedua.

Walaupun Buku Mencius belum dikenal secara umum sebagai suatu karya klasik sampai abad ke-12, namun telah tercatat dalam sejarah bahwa pada permulaan abad ke-2 SM terdapat suatu kumpulan para cendekiawan yang telah mengajarkan ajaran Mencius.

Chu Hsi mempublikasikan ajaran Mencius bersama tiga buku lainnya dalam tahun 1190 ke dalam kelompok Shih Shu.

Buku ini menekankan pemerintahan dan menguraikan bahwa kesejahteraan rakyat adalah merupakan hal yang paling utama di atas segala-galanya. Apabila seorang pimpinan negara tidak lagi memiliki sifat Kebajikan [Jen] dan Keadilan [ i ], maka kewenangan dari Yang Maha Tinggi [Th'ien Ming] kepadanya telah ditarik, dan dia haruslah disingkirkan.

Mencius juga menyatakan bahwa Bhakti [Hsiao] merupakan dasar utama dalam kehidupan bermasyarakat. Dan bagi dia, perbuatan bhakti yang terbesar adalah yang dilakukan terhadap orangtua. Kepopuleran Mencius terutama berdasarkan hikayat yang timbul dalam kebudayaan China sebagaimana dalam contoh kiasannya, yang mengatakan bahwa karena manusia tunduk kepada Yang Maha Tinggi, maka sifat sejatinya cenderung baik sebagaimana sifat air yang selalu mengalir ke bawah.

Sebagai bukti atas hal tersebut, Mencius menyampaikan beberapa contoh antara lain, cinta sejati dari anak-anak terhadap orangtuanya, perasaan atas suatu perbuatan baik dan buruk yang dipahami secara universal, dan pengalaman sentakan ketika seseorang melihat seorang anak kecil dalam bahaya.

Doktrin mengenai sifat sejati tersebut ditolak dengan tegas oleh Hsun Zi pada abad ke-3 SM yang mengajarkan bahwa sifat alami manusia adalah egois dan buruk adanya sehingga harus belajar kebajikan melalui pendidikan yang benar. Posisi filsafat Mencius telah lama diterima sebagai suatu cerminan ortodok dari Confucianisme.

4. Buku tentang Jalan Tengah (The Doctrine of the Mean / Chung Yung)

Buku ini ditulis oleh Zi Shih (Khung Chi) , cucu Confucius yang kemudian disusun kembali oleh Chu Hsi menjadi satu bab utama dan 32 bab uraian.

Buku ini berisi panduan pembinaan diri menempuh Jalan Suci dengan beriman kepada Yang Maha Tinggi [Th'ien] dengan menjalani FirmanNya dan bertindak-laku sebagai seorang Budiman Sejati.

Chung Yung yang berarti 'Tengah' atau 'Yang Tidak Berubah' adalah merupakan salah satu buku yang dipublikasikan kembali oleh Chu Hsi pada tahun 1190 dalam kelompok Shih Shu (Empat Buku). Chung Yung dipilih oleh Chu Hsi karena ketertarikannya akan hal-hal yang bersifat metafisikal dalam buku tersebut dimana juga telah lama menarik perhatian para Buddhis dan para pengikut Neo-Confucianis sebelumnya.

Dalam kata pengantarnya, Chu Hsi menyampaikan hasil karya tersebut sebagai karyanya Zi Shih, walaupun pada kenyataannya karya ini merupakan salah satu bagian dari Li Chi.

Zi Shih menyatakan bahwa Chung Yung merupakan tema pokok dalam ajaran Confucius. Dua karakter China dalam kata Chung Yung, sering juga diterjemahkan sebagai 'Jalan Tengah', mencerminkan suatu pemikiran Confucianis yang begitu luas, dan melingkupi hampir keseluruhan sifat keluhuran dari setiap hubungan dan kegiatan dalam kehidupan seseorang. Secara praktis, Chung Yung dapat dipandang sebagai suatu hal yang tidak dapat diukur dalam arti kata bersifat sederhana, adil, obyektif, rasa hormat, ketulusan, kejujuran, sopan santun, seimbang, dan tanpa adanyaprasangka.

Sebagai contoh, hubungan dengan seorang teman tidaklah perlu harus terlalu jauh ataupun terlalu dekat. Seseorang tidaklah harus bersikap berlebihan baik dalam duka ataupun suka, karena terlalu larut dalam duka akan menyakitkan, demikian juga apabila terlalu bergelimang dalam suka akan sulit dikendalikan. Seseorang haruslah melekat tanpa bergeming dalam usahanya menempuh Jalan Tengah tersebut di berbagai situasi dan waktu.

Sifat demikian sesuai dengan hukum alam yang merupakan inti dari kebenaran pada umumnya, dimana merupakan suatu ciri tersendiri dari seorang Budiman.


BAGIAN 5

Lima Kitab (Five Classics / Wu Cing)

Penyalinan ulang Lima Kitab [Wu Cing] merupakan suatu perwujudan nyata dimulainya era tradisi Confucianisme. Pencantuman naskah pra-Confucianis yaitu Kitab tentang Sejarah [Shu Cing] dan Kitab tentang Sajak [Shi Cing], dan naskah Ch'in Han seperti bagian tertentu dari Kitab tentang Upacara [Li Chi], mencerminkan bahwa semangat dibalik kebangkitan rencana pendidikan inti terhadap ajaran Confucius adalah bersifat menyeluruh. Lima Kitab dapat diuraikan dalam lima konsep pandangan, yaitu metafisikal, politik, puisi, sosial, dan sejarah.

Wu Cing yang isinya sangat sulit dimengerti tersebut pada umumnya dipelajari setelah seseorang menguasai naskah yang ada dalam Empat Buku [Shih Shu]. Pada tahun 136 SM dalam masa pemerintahan dinasti Han, kaisar Wu-ti mengumumkan ajaran Confucius sebagai ideologi negara China.

Gelar Guru kehormatan [po shih] diberikan khusus kepada para pengajar yang diangkat untuk mengajar Wu Cing dimana hal ini masih terus berlanjut sampai memasuki abad ke-20. Pada tahun 124 SM, Wu Cing dimasukkan dalam kurikulum pelajaran inti di perguruan tinggi.

Keahlian dalam menyajikan dan menjelaskan naskah Wu Cing menjadi suatu persyaratan mutlak bagi para sarjana yang hendak menjabat di pemerintahan.

Wu Cing terdiri dari I Cing (Kitab tentang Kejadian/Perubahan), Shu Cing (Kitab tentang Sejarah), Shih Cing (Kitab tentang Sajak), Li Chi (Rangkaian Upacara), dan Ch'un Ch'iu (Riwayat Ch'un Ch'iu).

1. Kitab tentang Kejadian/Perubahan (The Book of Change / I Cing)

Kitab ini merupakan salah satu kitab tertua yang diperkirakan sudah ada sejak masa 1100 SM sebagai suatu kitab yang mengandung filsafat hidup yang tinggi dimana menghubungkan kejadian alam semesta dengan berbagai perubahan terhadap kehidupan sehari-hari. Sejarah di Tiongkok mencatat bahwa I Cing banyak dipakai oleh para peramal pada zaman dinasti untuk menasehati para penguasa selama masa perang antar negara. Kemungkinan kitab ini disusun kembali oleh Confucius dan murid-muridnya. Kitab ini terdiri dari 24.707 huruf terbagi atas 64 bab sesuai dengan jenis heksagram Yin (negatif) dan Yang (positif).

Pandangan metafisikal tercermin dalam kitab ini yang merupakan kombinasi seni peramalan dengan teknik perhitungan dan perenungan secara mendalam.

Sesuai dengan filosofi perubahan, alam semesta ini terus mengalami perubahan akbar yang disebabkan adanya interaksi konstan dua unsur energi yang saling mendukung ataupun saling bertentangan, yaitu Yin (unsur negatif) dan Yang (unsur positif).

Alam semesta yang berasal dari perubahan akbar tersebut senantiasa mencerminkan kesatuan dan dinamisme tujuan.

Seorang Budiman akan senantiasa diilhami oleh keharmonisan dan kreativitas dari pergerakan alam semesta ini, sehingga dia dapat menguasai pola perubahan tersebut dengan cara senantiasa memadamkan usaha yang mementingkan diri sendiri (egois) sehingga tercapai realisasi pokok pikiran paling tinggi dalam penyatuan manusia dan Yang Maha Kuasa.

Naskah utama dalam I Cing dipercayai merupakan hasil karya Wen Wang (hidup sekitar abad ke-12 SM), seorang petapa dan perintis dinasti Chou.

Kitab ini berisi suatu pembahasan mengenai sistem peramalan yang dipergunakan oleh para peramal dinasti Chou.

Terdapat satu bagian pelengkap komentar yang dipercayai sebagai hasil karya para cendekiawan yang hidup pada masa Perang Negara (475 - 221 SM), dan dalam kedudukan filsafat dapat ditafsirkan sebagai suatu karya yang berusaha mencerminkan prinsip keberadaan alam semesta, sehingga karya ini dapat dianggap mengandung nilai sejarah filsafat China yang tinggi.

Bagaimanapun para sarjana modern merasa terusik atas keberadaan I Cing dalam kumpulan klasik ajaran Confucius dengan alasan Confucius selalu berusaha menghindari membicarakan sesuatu yang bersifat esoterik.

Hal ini dapat dimengerti karena para pengikut Confucius pada masa dinasti Han (sekitar abad ke-2 SM) yang sangat terpengaruh oleh praktek Taois mengenai kekekalan, telah melakukan penyesuaian penggunaan I Cing dengan menambahkan beberapa komentar sesuai ajaran Confucius.

Selanjutnya mereka memasukkan I Cing sebagai bagian dari Wu Cing.